Selasa, 06 September 2011

Kualitas Air

BAB I
 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air merupakan media paling vital bagi kehidupan ikan. Suplai air yang memadai akan memecahkan berbagai masalah dalam budidaya ikan secara intensif dengan cara: menghanyutkan kumpulan bahan buangan dan bahan beracun; dan mengencerkan atau melarutkan sejumlah zat-zat organik terlarut, sehingga air tetap berada pada kondisi optimalnya. Selain kuantitasnya (volume, kecepatan dan debit air), kualitas air juga harus memenuhi persyaratan untuk mendukung kelangsungan kegiatan budidaya ikan. Ada beberapa parameter air yang biasanya diamati untuk menentukan kualitas suatu perairan, seperti oksigen terlarut, karbondioksida bebas, pH, alkalinitas, kesadahan, amonia, suhu, kecerahan air, tanaman air dan plankton dan sebagainya.
Pemahaman tentang kualitas air dan pengaruhnya terhadap biota budidaya sangat penting dimiliki oleh pembudidaya karena peranannya yang tidak terbatas pada laju pertumbuhan generatif dan somatis, derajat penetasan telur dan kelangsungan hidup, namun juga kemampuan biota budidaya dalam mempertahankan dirinya terhadap serangan penyakit. Oleh karena itu agar biota budidaya dapat tumbuh secara optimal, pembudidaya diharapkan mampu menyediakan lingkungan hidup yang sesuai dengan kebutuhan biota/ikan yang dibudidayakannya. Tentu saja persyaratan ikan terhadap kualitas air tidak sama baik karena jenis, stadia hidup maupun karena faktor anatomi dan fisiologinya.

1.2 Tujuan
   Tujuan yang dicapai dari kegiatan mengelola kualitas air ini adalah:
1.      mampu mengidentifikasi parameter-parameter kualitas air yang mencakup parameter fisika, kimia dan biologi.
2.      mampu mengukur kualitas media budidaya.
3.      mampu menganalisa kelayakan kualitas media budidaya berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan.
4.      mampu mengelola kualitas media sesuai dengan kebutuhan ikan/biota budidaya.

1.3           Waktu dan Tempat Pelaksanaan
*      Hari/tanggal           : 9 -10 Agustus 2011
*      Tempat                  : PPPTK Cianjur, Departemen Perikanan

1.4           Metode Pembelajaran
Metode Pembelajaran :
*      Teori
*      Praktik

1.5           Alat dan Bahan
1. Alat                 : Ember , pH meter, Termometer, secchi disc, Titrasi CO2
2. Bahan             : Tissu, air, akuades  




















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parameter Kimia

2.1. 1 Alkalinitas dan Kesadahan
Alkalinitas merupakan jumlah total dari basa-basa yang terdapat dalam perairan yang dinyatakan dengan mg/l Pada kebanyakan perairan, bentuk dasar dari basa ini adalah berupa ion bikarbonat (HCO) dan ion karbonat  apabila terjadi perubahan pH secara mendadak. Mereka mampu melakukannya dengan menyerap/mengikat ion hidrogen ketika perairan menjadi asam dan melepasnya ketika perairan menjadi basa. Perairan dengan alkalinitas yang rendah (< 20 mg/l) memiliki kemampuan penyangga yang lemah dan pemanfaatan karbon dioksida (CO2) selama fotosintesis berlangsung menyebabkan pH perairan meningkat dengan cepat. Perairan dengan alkalinitas lebih besar dari 20 mg/l memiliki kapasitas penyangga yang lebih besar sehingga mampu mencegah fluktuasi pH selama proses fotosintesis berlangsung (Grafik 1).

Grafik 1. Efek penyangga pada pH pada saat alkalinitas perairan rendah dan tinggi

Alkalinity graph

 Kesadahan adalah konsentrasi dari ion-ion logam (terutama kalsium dan magnesium) yang dinyatakan dengan mg/l kalsium karbonat. Nilai alkalinitas dan kesadahan biasanya tidak berbeda jauh karena ion kalsium, magnesium, bikarbonat dan karbonat pada air berasal dari larutan batu gamping yang terdapat di dalam bebatuan geologis dalam jumlah yang seimbang. Bagaimana pun, pada beberapa perairan nilai alkalinitasnya bisa lebih tinggi daripada kesadahannya, begitu juga sebaliknya. Jika alkalinitas tinggi dan kesadahan rendah, pH perairan dapat meningkat hingga tingkatan yang sangat tinggi (lebih dari 10.5) selama fotosintesis berlangsung dengan cepat. 

Perairan seringkali dikelompokkan berdasarkan derajat/tingkatan kesadahannya. Ada pun pengelompokkan perairan berdasarkan nilai kesadahannya terbagi menjadi:
·      Lunak à 0 – 75 mg/l
·      Sedang – keras à 75 – 150 mg/l
·      Keras à 150 – 300 mg/l
·      Sangat keras à > 300 mg/l

Alkalinitas dan kesadahan tidak begitu dipengaruhi oleh aktivitas biologi atau kegiatan budidaya, dan konsentrasi awal kedua-nya pada tambak ditentukan dari konsentrasi pada sumber air yang digunakan; setiap perubahan yang terjadi lebih disebabkan oleh curah hujan dan penguapan. Tingkat alkalinitas dan kesadahan yang dibutuhkan untuk kepentingan budidaya umumnya berkisar antara 20 – 300 mg/l. Jika alkalinitas total dan kesadahan total terlalu rendah, mereka bisa ditingkatkankan dengan pengapuran. Bagaimana pun, tidak ada cara praktis untuk menurunkan alkalinitas dan kesadahan ketika konsentrasi keduanya lebih tinggi dari yang dibutuhkan.

Sebagaimana diketahui, perairan yang paling produktif untuk budidaya ikan jika kesadahan dan alkalinitasnya kurang lebih sama. Sebagai contoh, sebuah perairan yang alkalinitasnya 100 mg/l dan kesadahannya 10 mg/l tidak sama baiknya untuk kegiatan budidaya ikan dengan perairan yang nilai akalinitasnya 100 mg/l dan kesadahannya 100 mg/l. Produksi yang lebih besar tidak akan dihasilkan dari perairan dengan tingkat kesadahan dan alkalintas yang lebih tinggi, tetapi dari konsentrasi fosfor dan unsur penting lainnya yang lebih tinggi, yang meningkat bersamaan dengan kesadahan dan alkalinitas.

2.1.2 Amonia

Amonia adalah limbah utama dari hasil metabolisme protein atau nitrogen pada ikan atau organisme perairan lainnya. Sumber utama senyawa nitrogen pada kolam atau tambak ikan adalah protein yang terkandung dalam pakan. Oleh karena itu, laju produksi amonia pada ikan sebanding dengan laju makannya. Amonia terutama dieksresikan melalui insang, dan dalam urin maupun feses. Amonia juga diproduksi selama dekomposisi aerobik bahan organik berlangsung oleh bakteri.

Pada perairan, amonia – nitrogen total (TAN) terjadi dalam dua bentuk: amonia tidak terionisasi (NH4) yang biasanya tidak beracun, kecuali jika konsentrasinya pekat. Amonia dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya, menciptakan keseimbangan antara dua bentuk. pH dan suhu air mempengaruhi proporsi dari amonia total menghasilkan bentuk amonia yang beracun (NH3). Konsekuensinya, sampel air untuk mengukur tingkat TAN diambil pada sore hari ketika pH dan suhu air secara harian mencapai maksimum. Tingkat amonia kemudian menurun pada malam hari.

Silver perch dapat tumbuh dengan baik pada tingkat NH3 antara 0 – 0.1 mg/l; pemaparan lebih lama pada konsentrasi lebih dari 1.0 mg/l akan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhannya; dan jika konsentrasinya mencapai 1.0 mg/l bahkan lebih, dapat menyebabkan kematian pada ikan.

Untuk menentukan konsentrasi NH3 yang beracun, sebuah rumus sederhana diterapkan dengan menggunakan grafik yang memperlihatkan persentase TAN dalam bentuk NH3 pada suhu dan nilai pH yang berbeda (Tabel 1). Sebagai contoh, ketika suhu air 200C dan pH-nya 9.4, sebanyak 50% dari konsentrasi TAN yang terukur berada dalam bentuk NH3. Jadi nilai NH3 perairan 1.0 mg/l jika nilai TAN nya 2.0 mg/l.

·      Tabel 1. Persentase amonia – nitrogen total (TAN) dalam bentuk NH3 tak terionisasi yang beracun pada suhu dan nilai pH yang berbeda-beda. (Sumber: Boyd, 1982; Pengelolaan Kualitas Air Untuk Budidaya Ikan di Tambak)

pH
Temperature ( °C)

8
12
16
20
24
28
32
7.0
0.2
0.2
0.3
0.4
0.5
0.7
1.0
8.0
1.6
2.1
2.9
3.8
5.0
6.6
8.8
8.2
2.5
3.3
4.5
5.9
7.7
10.0
13.2
8.4
3.9
5.2
6.9
9.1
11.6
15.0
19.5
8.6
6.0
7.9
10.6
13.7
17.3
21.8
27.7
8.8
9.2
12.0
15.8
20.1
24.9
30.7
37.8
9.0
13.8
17.8
22.9
28.5
34.4
41.2
49.0
9.2
20.4
25.8
32.0
38.7
45.4
52.6
60.4
9.4
30.0
35.5
42.7
50.0
56.9
63.8
70.7
9.6
39.2
46.5
54.1
61.3
67.6
73.6
79.3
9.8
50.5
58.1
65.2
71.5
76.8
81.6
85.8
10.0
61.7
68.5
74.8
79.9
84.0
87.5
90.6
10.2
71.9
77.5
82.4
86.3
89.3
91.8
93.8

·      Contoh: untuk mengetahui konsentrasi NH3 yang terkandung pada saat pH air: 8.4, suhu 280C dan konsentrasi TAN 2 mg/l (nilai TAN telah diketahui dari pengukuran yang dilakukan sebelumnya):
·      15% dari 2 mg/l
·      2 mg/l x 15.0 (dari tabel)
·      30/100 = 0.3 mg/l NH3

Tanda-tanda jika konsentrasi amonia meningkat:
·      Tingkah laku berenang abnormal (tidak normal), ikan tampak lesu/letih
·      Nafsu makan berkurang
·      Ikan-ikan berkumpul disekitar inlet atau tepi tambak
·      Ikan menunjukkan tanda-tanda tersebut di siang hari tetapi pulih di malam hari


Dampak dari konsentrasi amonia yang tinggi:
·      Insang rusak
·      Laju pertumbuhan menurun
·      Lebih rentan terhadap serangan penyakit
·      pH darah meningkat
·      Terjadi kerusakan pada jaringan dan organ dalam
·      Proses osmoregulasi terhambat
·      Terjadi kematian

Penyebab tingginya konsentrasi amonia pada perairan:
·      Laju pemberian pakan yang tinggi
·      Dekomposisi bahan organik oleh bakteri

Penanganan terhadap konsentrasi amonia yang tinggi:
·      Kurangi atau hentikan pemberian pakan
·      Kuras kolam/tambak
·      Kurangi kepadatan
·      Aerasi kolam dan menggunakan filter mekanis maupun filter biologis
·      Dalam keadaan darurat – kurangi pH kolam/tambak

2.1.3 Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas yang paling penting pada budidaya intensif. Oksigen memasuki perairan melalui fotosintesis yanh dilakukan oleh tanaman air, terutama sekali fitoplankton, dan difusi pada permukaan air. Difusi terjadi ketika konsentrasi oksigen terlarut air di bawah jenuh. Semakin besar selisih antara konsentrasi oksigen di perairan dengan konsentrasi jenuh, semakin besar laju difusinya. Di kolam, proses difusi dibantu oleh angin dan gerakan angin dan aerasi buatan. Oksigen berkurang dari perairan melalui pernafasan oleh ikan, plankton dan organisme lainnya dan oleh pembusukan aerobik bahan organik. Terjadi fluktuasi harian oksigen yang jelas, dengan konsentrasi terendah setelah subuh, meningkat selama siang hari.   Ini karena produksi oksigen melalui proses fotosintesis (meskipun juga dibantu oleh angin pada siang hari) mencapai maksimum di sore hari, sebelum menurun pada malam harinya.

Silver perch dapat menoleransi tingkat oksigen yang rendah (2 mg/l) pada jangka waktu tidak lama (beberapa jam); namun jika terpapar pada tingkat sub lethal (< 3 mg/l) dalam jangka waktu yang lama, dapat memperlambat laju pertumbuhan dan menyebabkan stress pada ikan.

Tanda-tanda ikan terpapar oksigen terlarut yang rendah:
·      Kehilangan nafsu makan
·      Kelesuan
·      Megap-megap di dekat permukaan
·      Ikan berenang di sekitar arus inlet atau aerator
·      Kematian pada ikan-ikan besar, diikuti oleh ikan yang lebih kecil
Dampak dari oksigen yang rendah:
·      Stress meningkatkan kerentanan terhadap serangan penyakit
·      Efisiensi konversi pakan yang rendah
·      Pertumbuhan yang lambat
·      Kematian pada ikan dan organisme dalam tambak lainnya

Penyebab rendahnya DO:
·      Banyaknya populasi fitoplankton, zooplankton dan organisme dalam tambak lainnya yang bernafas pada malam hari
·       Kepadatan ikan dan laju pemberian pakan yang tinggi
·      Terjadi ledakan populasi fitoplankton/zooplankton
·      Kekeruhan yang tinggi menghalangi atau membatasi produksi oksigen melalui proses fotosintesis
·      Penutupan langit oleh awan (sinar matahari terhalang oleh awan), tidak adanya angin
·      Kombinasi berbagai faktor di atas

Bagaimana mengatasi konsentrasi oksigen terlarut yang rendah?
·      Pantau DO secara rutin dan buat grafik fluktuasi hariannya untuk meramal masa/periode terjadinya penurunan DO
·      Lakukan/berikan aerasi pada siang dan malam hari
·      Hentikan atau kurangi pemberian pakan, kurangi padat penebaran
·      Mengganti air
·      Membuang tanaman atau hewan yang telah mati dari air
·      Memberikan KMnO4 (2-4 ppm) sebagai algisida untuk mempercepat peningkatan konsentrasi oksigen

2.1.4 pH
pH menyatakan besarnya konsentrasi ion hidrogen dalam tanah atau air. Sebuah ion adalah sebuah atom yang bermuatan listrik. Air terdiri dari ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-) dalam komposisi yang setimbang dan memiliki formula H2O. Skala pH terentang dari 0 – 14 dengan 7 sebagai nilai netral. Ketika ion hidrogen (H+) lebih banyak,  pH akan lebih rendah dari 7 dan air bersifat asam. Air akan basa (alkali) jika terdapat lebih banyak ion hidroksil (OH-). Silver perch tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara 6.5 – 9.
Karbon dioksida memiliki reaksi asam di dalam perairan. pH dalam tambak meningkat di siang hari karena fitoplankton dan organisme air lainnya mengambil karbon dioksida dari air selama proses fotosintesis. pH menurun pada malam hari karena respirasi/pernafasan dan produksi karbon dioksida oleh semua organisme.
Tanda-tanda pada pH sub-optimal:
·      Meningkatnya lendir pada permukaan insang
·      Kerusakan pada lensa mata dan kornea
·      Tingkah laku berenang yang abnormal
·      Luka pada sirip
·      Kematian
·      Pertumbuhan fitoplankton dan zooplankton yang rendah
Dampak dari pH sub-optimal:
·      Stress
·      Lebih rentan terhadap serangan penyakit
·      Tingkat produksi rendah
·      Pertumbuhan lambat

Penyebab pH sub-lethal:
·      Air dan tanah yang asam
·      Tanah sulfat asam
·      Kapasitas penyangga yang rendah, alkalinitas < 20 mg/l
·      Perairan dengan alkalinitas yang tinggi dan kesadahan yang rendah
·      Hujan asam
Apa yang harus dilakukan jika pH sub-lethal:
1. Untuk menurunkan pH yang tinggi:
·        Mencuci tambak
·        Mengurangi laju pemberian pakan untuk mengurangi pasokan nutrien dan pertumbuhan tanaman
·        Tambak lebih baik dibangun pada tanah sulfat yang asam
·        Pengisian air kembali dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kekeringan
·        Tidak memperdalam kolam lebih dari yang dibutuhkan
·        Menanam tanaman di bagian dinding atas kolam
·        Mengapur dinding kolam
·        Menambahkan gypsum (CaSO4) untuk meningkatkan konsentrasi kalsium
·        Menambahkan alum (AlSO4) untuk segera menurunkan pH untuk mencegah kematian ikan

2. Untuk meningkatkan pH:
·        Mengapur kolam
·        Meningkatkan kelimpahan fitoplankton dengan pemupukan

2.2 Parameter Fisika

2.2.1 Suhu Air
Ikan bersifat ektotermal karena panas tubuhnya diperoleh dari lingkungan di luar tubuhnya, berbeda dengan hewan-hewan endotermal (misalnya: mamalia) yang mengatur suhu tubuhnya sendiri. Biasanya suhu tubuh hewan ektotermal mendekati suhu lingkungannya; mereka ini juga sering digambarkan sebagai hewan yang poikilothermic (suhu tubuh berubah-ubah).

Suhu mempengaruhi semua proses kimia dan biologi. Laju metabolisme pada ikan akan meningkat dua kali setiap peningkatan suhu sebesar 100C. Oleh karena itu, suhu memiliki pengaruh langsung pada beberapa faktor penting seperti pertumbuhan, kebutuhan oksigen, kebutuhan makanan dan efisiensi konversi makanan. Semakin tinggi suhu, semakin besar kebutuhan akan oksigen dan makanan dan semakin cepat laju pertumbuhan.

Suhu turut mempengaruhi kadar oksigen dalam air. Kelarutan oksigen menurun dengan semakin meningkatnya suhu, hal ini yang biasanya menyebabkan konsentrasi oksigen menurun pada musim panas.

Silver perch mampu menoleransi suhu pada kisaran 20C – 380C dengan pertumbuhan optimum berlangsung antara 230C – 280C. Selama musim dingin ketika suhu air menurun, silver perch tidak akan membutuhkan banyak makanan sehingga laju pertumbuhannya pun melambat. Pada suhu di bawah 100C ikan dapat berada pada kondisi tidak aktif (istirahat). Pada kondisi ini, ikan akan kehilangan nafsu makannya dan tidak melakukan aktivitas apa pun. Ketika suhu air meningkat pada musim semi dan panas, ikan akan membutuhkan banyak sekali makanan karena laju metabolismenya meningkat.

Suhu juga berperan penting dalam merangsang kematangan gonad dan aktivitas pemijahan pada silver perch. Silver perch pada kegiatan pembenihan dapat diinduksi untuk memijah jika suhu air mencapai 210C. 

2.2.2 Cahaya
Di perairan, cahaya berfungsi:
a.   Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan selanjutnya menyebabkan terjadinya pencampuran massa dan kimia air. Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat bagi suatu organism akuatik karena setiap organism akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum bagi kehidupannya.
b.   Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis alga dan tumbuhan air.

2.2.3 Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan organik berupa plankton dan mikroorganisme lain.

2.2.4 Padatan Total, Terlarut dan Tersuspensi
Padatan total (residu) adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami evaporasi dan pengeringan pada suhu tertentu. Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi dalam air.
Klasifikasi padatan di perairan berdasarkan ukuran diameter
Klasifikasi Padatan
Ukuran Diameter (µm)
Ukuran Diameter (mm)
1.      Padatan terlarut
< 10-3
< 10-6
2.      Koloid
10-3 - 1
10-6 - 10-3
3.      Padatan tersuspensi
> 1
> 10-3
 
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai padatan tersuspensi, nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan semakin tingginya kekeruhan. Misalnya, air laut memiliki nilai padatan terlarut tinggi tetapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi (perairan laut dangkal yang jernih meski memiliki kadar garam sebagai padatan terlarut yang tinggi).

Kekeruhan pada perairan tergenang (lentik) lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus. Sedangkan kekeruhan pada perairan mengalir (lotik) yang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar berupa lapisan permukaan tanah yang terbawa oleh aliran air pada saat hujan.

Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Tingginya nilai kekeruhan juga dapat mempersulit usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas desinfeksi pada proses penjernihan air.

2.2.5 Warna
Warna perairan dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya (true color) dan warna tampak (apparent color). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut tetapi juga oleh bahan tersuspensi.

Pada penentuan warna sesungguhnya, bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan dipisahkan teerlebih dahulu. Warna perairan ditimbulkan oleh adanya bahan organik dan arorganik seperti keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam seperti: oksida besi yang menyebabkan air berwarna kemerahan dan oksida mangan yang menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman.

2.3 Parameter Biologi

2.3.1 Fitoplankton
Plankton terdiri dari semua organisme mikroskopis tersuspensi yang terdapat di air termasuk tanaman kecil (fitoplankton), hewan kecil (zooplankton) dan bakteri. Ketika kepadatan plankton mampu mengubah warna perairan, hal ini menunjukkan jika telah terjadi ledakan populasi plankton (blooming) pada perairan tersebut. Karena plankton merupakan dasar dari jaring-jaring makanan, maka kepadatan plankton akan sangat mempengaruhi produksi ikan. Plankton yang tumbuh subur merupakan hal lumrah pada kolam-kolam ikan.

Jenis-jenis fitoplankton antara lain: alga hijau, alga hijau-kuning, alga hijau-biru dan diatom. Pada musim panas, fitoplankton yang didominasi oleh alga hijau-biru akan berkembang pesat sehingga dapat membentuk lapisan film tipis (menyerupai lapisan minyak) pada permukaan air. Lapisan ini akan menyerap panas sepanjang siang dan dapat menyebabkan stratifikasi suhu (terbentuknya lapisan-lapisan suhu yang tidak seragam pada kolom air secara vertikal) dengan kedalaman yang tidak seperti biasanya (kedalaman perairan yang mampu ditembus cahaya menjadi berkurang). Sepanjang malam, plankton-plankton ini akan mengkonsumsi sejumlah besar oksigen sehingga menyebabkan konsentrasinya berkurang sebelum pagi menjelang. Plankton dapat mati secara mendadak, terurai, dan menyebabkan penurunan oksigen. Faktor-faktor yang menyebabkan kematian antara lain: ketersediaan nutrien (unsur hara) lebih dari yang dibutuhkan, meningkatnya partikel tersuspensi dan berubahnya kualitas air (antara lain disebabkan oleh: menurunnya suhu, kondisi langit yang berawan maupun hujan). Tingginya kepadatan fitoplankton dapat juga menyebabkan fluktuasi harian secara mencolok beberapa variabel kualitas air seperti tingginya nilai pH dan tingkat NH3 pada saat menjelang sore. Beberapa kondisi tersebut tidak mampu ditoleransi oleh ikan.

2.3.2 Alga Hijau Biru
Alga hijau-biru dapat menyebabkan masalah lain pada kegiatan budidaya selain mengubah beberapa parameter kualitas air. Selain mampu menghasilkan senyawa beracun yang mematikan (lethal) ikan-ikan, alga hijau-biru juga menghasilkan senyawa yang beraroma khas pada ikan. Ikan-ikan yang berasal dari kolam ini (kolam yang mengalami blooming alga hijau-biru) tidak disukai karena tidak berbau ikan (ikan berbau lumpur). Itu sebabnya penting untuk menetralisir bau senyawa tersebut dengan menempatkan ikan-ikan yang terpapar ke dalam air bersih sebelum dijual.

2.3.3 Makrofita
Tanaman air yang lebih besar atau mikrofita, termasuk diantaranya pondweed dan milfoil (jenis-jenis tanaman air). Keberadaan tanaman air dalam kolam ikan tidak diinginkan karena:
·     Mengganggu kegiatan-kegiatan budidaya seperti pada saat pemberian pakan, pemanenan dengan menggunakan jala
·     Bersama dengan plankton memperkaya unsur hara dalam kolam
·     Menyediakan tempat perlindungan bagi ikan-ikan yang tidak diinginkan
·     Salah satu penyebab menurunnya kadar oksigen dan tingginya kadar amonia pada saat tanaman air – tanaman air tersebut mati dan terurai
·     Penyebab berkurangnya air kolam melalui evapotranspirasi (penguapan cairan tubuh pada tumbuh-tumbuhan)

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan pertumbuhan mikrofita, antara lain:
·       Mengeringkan dan membalikkan tanah dasar kolam tiap 1 – 2 tahun sekali
·       Memanen ikan dengan peralatan mekanis
·       Meningkatkan kepadatan fitoplankton melalui pemupukan
·       Menggunakan herbisida (pembasmi tanaman liar) jika perlu














BAB III
METODE PENGUKURAN KUALITAS AIR


3.1 Suhu
Pengukuran suhu air dilakukan dengan menggunakan thermometer air, sebagaimana diperlihatkan di bawah ini (Gambari 2). Satuan unit yang digunakan adalah °C

 
Gambar 2. Thermometer air

3.2 pH
   Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan kertas pH atau pH water tester. Alat lain yang dapat digunakan adalah pH meter. pH meter merupakan alat ukur digital yang tingkat ketelitiannya lebih baik bila dibandingkan dengan kertas pH. Meskipun harganya mahal, namun pemakaiannya bersifat jangka panjang.
  
Gambar 3. Alat ukur pH air

3.3 Oksigen Terlarut
Ada dua metode yang digunakan untuk menentukan oksigen terlarut yang dapat diandalkan, yaitu metode Winkler atau metode titrasi atau disebut juga metode iodometri dan metode elektrometris (DO-meter). Metode Winkler adalah metode yang berdasar pada sifat oksidasi oleh oksigen yang terlarut sedangkan metode elektrometris berdasarkan jumlah oksigen yang berdifusi melewati membran. Metode elektrometris ini mempunyai kelebihan dapat dipakai untuk memonitor DO (dissolved oxygen) secara alir sinambung dan “in situ” (pengukuran dilakukan secara langsung di tempat pengambilan sampel air), tetapi kelemahannya adalah sensor yang sangat sensitif pada bagian ujung dari DO-meter. Hal ini yang menyebabkannya mudah rusak jika tidak ditangani dengan hati-hati.

 
Gambar 4. DO-meter
3.4 Amonia
Ada beberapa prosedur yang dikenal untuk menentukan amonia dalam air, yaitu metode Nessler, metode phenate, metode elektroda Ammonia-Selective, metode gas khromatografi dan metode titrasi. Diantara semua metode-metode tersebut, metode titrasi lebih umum digunakan karena lebih praktis. Namun metode ini memiliki kelemahan karena terjadi deviasi/penyimpangan yang sangat besar sehingga tidak cocok untuk diterapkan pada air tambak/kolam yang kadar NH3 sangat rendah. Metode titrasi sangat cocok pada perairan dengan kadar amonia 5 ppm (mg/l). Walaupun demikian, metode ini tetap banyak diterapkan. Salah satu alat yang biasa digunakan adalah tetra test.

 
Gambar 5. Test kit untuk amonia

3.5 Kesadahan
ÿ     berkaitan dengan kadar keasaman (pH)
ÿ     air asam umumnya menunjukkan reaksi lunak
ÿ     air basa umumnya merupakan air sadah (keras)


Klasifikasi tingkat kesadahan yang umum dipakai memiliki satuan unit dGH (degrees of German total Hardness):

Tingkat dGH
Klasifikasi kesadahan
1 –5 dGH
Sangatlunak
5 –10 dGH
Lunak
10 –20 dGH
Agakkeras
20 –30 dGH
Keras
>30 dGH
Sangat keras

   Tingkat kesadahan air ditentukan oleh banyaknya kandungan kalsium karbonat dalam air. Air yang lunak akan menyebabkan busa sabun melimpah dan tangan akan terasa licin; sedangkan, air sadah sulit menghasilkan busa sabun dan tangan terasa kasat. Untuk budidaya ikan, rentang tingkat kesadahan: 3 –8 dGH (1 dGH ~ 10 ppm CaCO3).

Pengukuran tingkat kesadahan air kultur masih sulit dilakukan (alat dan bahan pengukuran umumnya sulit didapat dan mahal).


Gambar 6. Alat ukur kesadahan




3.6 Alkalinitas
Pengukuran tingkat alkalinitas air dapat dilakukan secara kimiawi dengan metode titrasi kimia sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Metode pengukuran alkalinitas

3.7 Kecerahan Air
Tingkat kecerahan menyatakan tingkat cahaya yang diteruskan ke dalam kolom air dan dinyatakan dalam persentase (%), dari beberapa panjang gelombang yang ada yang jatuh agak lurus pada permukaan air.
  
Kemampuan penetrasi cahaya matahari dipengaruhi kekeruhan air:
ü   suspensi dalam air (lumpur)
ü   planktonik ; jasad renik
ü   warna air

Fitoplankton terdiri dari berbagai spesies dengan karakter morfologis (warna) masing-masing:
ü   Warna air hijau tua, didominasi Cyanophyceae, Microcystis, Anabaena
ü   Warna air hijau muda, didominasi Chlorophyta
ü   Warna air hijau kecoklatan, didominasi diatom (kelas Bacillariophyta)
ü   Warna air coklat kemerahan, didominasi diatom (kelas Dinoflagellata)

Jika kecerahan kurang dari 25 cm, maka sebaiknya dilakukan penggantian air. Pengukuran tingkat kecerahan air menggunakan ‘Secchi disc’. Adapun cara penggunaan secchi disc diperlihatkan pada Gambar 8 berikut ini.

Gambar 8. Cara menggunakan secchi disc














BAB IV
URAIAN KEGIATAN


4.1           Parameter yang di amati


Pada kegiatan kualitas air teknik pembesaran ikan semi intensif, kami mengukur:

1.      Kecerahan

Pada kedalaman air 60 cm tingkat kecerahan masih tinggi dengan menggunakan alat ukur secchi disc

2.      Suhu
Dengan menggunakan thermometer, pengukuran suhu dilakukan 2 kali yaitu Siang hari jam 14.00 wib suhu sebesar 32OC, dan pagi waktu pagi jam 9.00 wib suhu sebesar 29OC. Pengukuran suhu sebaiknyha di laksanakan waktu pagi, siang dan sore hari

3.      pH
Ambil air sample dengan menggunakan botol sample, kemudian di ukur dengan alat pH meter yaitu sebesar 8.3

4.      CO2

Ukur CO2
Ambil sample air à masukan dlm gelas ukur sebyk 5 ml à di tetesi pp 1 tetes à bila tidak berwarna merah jambu à ditetes dgn titrasi 0.1 ml sehingga warna jambu merah
Perhitungannya  :
-          5 ml =  0,1 ml x 100 = 10 ml   artinya Mengandung CO2 = 10 ml
-          10 ml = …..  x 50     = …..

5.      Planton

Pengamatan Planton
-          Ambil sample air di kolam 5 liter dgn 5 kali tuang = 5 x 5 = 25 L
-          Di bawa ke Lab, lihat di Mikroskrop dengan 3 kali percobaan
-          Hasilnya
a.      Phytoplankton ( Anabaena dan Chlorococcum)
b.      Zooplankton ( Rotifera)




B.   Jurnal Kegiatan


No
Hari/Tgl
Uraian Kegiatan
Waktu
Hasil Yang dicapai
Keterangan
Paraf
1
Hari, Selasa
9/9/2011
-       Pengukuran Kecerahan
-       Pengukuran Suhu
-           


 15.00 – 16.50
Kecerahan dan suhu memenuhi standar budidaya
Kecerahan = 60 cm
Suhu = 32OC


2
Hari, Rabu
10/9/2011
- Pengukuran CO2




08.00 – 12.00
Ada tidaknya CO2 dalam air

-         Dalam 5 ml =  0,1 ml x 100 = 10 ml   artinya Mengandung CO2 = 10 ml



3
Hari, Rabu 10/9/2011
Pengamatan Plankton
08.00 – 12.00
Adanya pakan alami dalam media budidaya
-    Hasilnya
a.     Phytoplankton ( Anabaena dan Chlorococcum)
b.     Zooplankton ( Rotifera)



4
Kamis, 11/9/2011
Evaluasi
11.00 – 11.40
Mengetahui peningkatan kemampuan belajar


Tidak ada komentar:

Posting Komentar